Akhir-akhir ini masyarakat sedang ramai membahas berbagai
persoalan yang sedang dihadapi negara ini. Bukan hanya persoalan melambungnya
harga cabe, kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan harga BBM maupun kenaikan biaya
administrasi mengurus surat kendaraan/motor. Persoalan yang sedang menjadi
perhatian serius berbagai pihak tak terkecuali pemerintah adalah mengenai media sosial yang akhir-akhir telah dijadikan sarana untuk memecah belah
kerukunan masyarakat baik dengan cara menyebarkan berita bohong (hoax) maupun dengan menyebar kebencian dan fitnah.
Isu-isu sensitif soal SARA menjadi bahan baku oknum
yang tidak bertanggungjawab dalam menyebarkan berita dan informasi bohong
(hoax), menyebarkan fitnah keji, menyebarkan kebencian, menghujat, mencaci maki orang lain mapun
lembaga serta tokoh-tokoh agama dan tokoh bangsa Indonesia. Dengan kata lain
media sosial baik itu Facebook, Instagram, Twitter, Fanspage, dan media sosial lainnya
telah digunakan oleh para oknum netizen tak bertanggungjawab untuk memecah
belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Sebagian dari korban media sosial tak
bertanggungjawab tersebut adalah para ulama dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang
notabenenya merupakan para kyai sepuh yang memiliki tingkat keilmuan dan
akhlakul karimah yang tinggi. Sebut saja K.H Mustofa Bisri atau Gus Mus
(Rembang), K.H. Ma’ruf Amin (Rais Syuriah PBNU sekaligus Ketua MUI Pusat),
serta K.H Aqil Siradj (Ketua Umum PBNU). Mereka merupakan tokoh utama NU yang
pernah menjadi korban hujatan dari pengguna sosial media. Bukan hanya
beliau-beliau, para tokoh NU lainnya di berbagai tempat juga banyak yang
menjadi korban fitnah dari media sosial.
Sebut saja Gus Mus, salah satu tokoh NU yang aktif
menggunakan media sosial dalam dakwahnya pernah dihina dan dihujat oleh netizen
yang tidak bertanggungjawab. Akan tetapi Gus Mus telah menunjukkan kepada
masyarakat Indonesia khususnya bagaimana bersikap ketika menghadapi hujatan dan
hinaan di media sosial, beliau dengan arif dan bijaksananya telah memaafkan orang-orang
yang telah menghinanya seperti Pandu Wijaya, Bahtiar Prasojo dan Hasan Albetas.
Selain itu melalui Gus Mus telah memberikan wejangan
kepada mereka tentang bagaimana seharusnya menggunakan media sosial yang baik
dan benar. Berikut ini sepenggal wejangan Gus Mus untuk para pengguna media
sosial.
...
Kepada mereka ini dan semisal mereka~bukan yang
sengaja menjadikan sosmed sebagai sarana menebar kebencian dan kekacauan~kalau
boleh, aku menasihatkan agar (1) menata kembali niat kita dalam menggunakan dan
memanfaatkan Sosmed; (2) berhati-hati dan waspada beraktivitas di 'Dunia maya'
yang kita tahu~ penuh tipuan; (3) jangan mudah tergiur dengan tampilan-tampilan
menarik, biasakan tabayun dan meniliti rekam-jejak; (4) jangan tergesa-gesa membaca
dan membagikan bacaan; (5) usahakan sekali-kali KopDar, agar bisa melihat
Manusia dalam penampilan nyatanya (dalam hal ini, contohlah misalnya perkawanan
maya dan nyata dari misalnya komunitas Adib Machrus, Pakdhe Tegoeh, Timur
Suprabana, Zen Mehbob, Triwibowo Budi Santoso, Zaenal Maarif, dan mereka yang
tidak hanya bersapaan di sosmed tapi juga bersilaturahmi di dunia nyata. Mereka
guyub, penuh kasihsayang); (6) ingat sabda Rasulullah SAW "Innamal a'mãlu
binniyãt... alhadits" dan "Min husni Islamil mar-i tarkuhu mã lã
ya'ni"
Semoga Allah membimbing kita baik di dunia nyata
maupun di dunia maya.
Gus Mus telah memberikan teladan yang baik bagi semua netizen di negeri
ini, lalu bagaimana langkah-langkah yang harus diambil oleh para netizen yang berasal
dari kalangan Nahdliyin? Tentu saja apa yang telah dijarkan oleh Gus Mus
merupakan ajaran yang harus senantiasa dipegang dalam ber-sosial media.
Jihad Melawan Hoax
Tugas selanjutnya yang harus diemban oleh para netizen NU saat ini
adalah jihad melawan berbagai berita miring dan bohong yang bertebaran di sosial
media, khususnya berita-berita yang menyerang dan menyudutkan masyarakat NU
umumnya dan para tokoh NU khususnya. Apalagi jihad melawan hoax telah direstui
oleh PBNU denga cara membentuk jaringan Netizen NU disemua wilayah Indonesia. Perang
melawan hoax ini langsung dikomandoi oleh Sekjend PBNU H. Ahmad Helmy Faisal Zaini.
Sekjen
PBNU mengungkapkan pentingnya bermedia sosial secara inspiratif. "Sekarang
ini, dakwah menggunakan media sosial sangat penting untuk mengkampanyekan Islam
ramah ala Nahdlatul Ulama," terang Helmy saat menghadiri Kopdar Netizen NU
Jawa Tengah di aula kantor PCNU Kabupaten Pekalongan.
Hadir
dalam Silaturahmi dan Kopdar Netizen NU Jateng yang diselenggarakan pada Ahad 8
Januari 2017 yang lalu adalah H.A. Helmy
Faisal Zaini (Sekjen PBNU), Arief Rohman (Wakil Bupati Blora), H. Bisri
(FKB-DPR RI), Sukirman (Wakil Ketua DPRD Jateng), Hasan Chabibie (Pegiat
Literasi), dan beberapa pegiat media sosial, di antaranya M. Rikza Chamami
(Dosen UIN Walisongo Semarang), Sholahuddin Al-Ahmadi (GP Ansor Jateng),
Abdullah Hamid (RMI PBNU), dan Munawir Aziz (LTN-PBNU).
Agenda tersebut
juga didengungkan deklarasi damai Netizen NU Jateng, yang menyerukan agar warga
Nahdliyyin aktif untuk menyebarkan konten-konten inspiratif di media sosial
khususnya menyebarkan berita, foto, video aktifitas positif seperti para kyai
NU yang sedang memberikan pengajian, maupun berbagai kegiatan keagamaan lainnya
yang dilakukan warga NU yang inspiratif, untuk melawan hoax di
media sosial.
Para Pejuang Pembela NU |
Acara Kopdar Netizen NU Jawa Tengah yang bertajuk “Membangun
Masyarakat Medsos Yang Edukatif dan Berakhlaqul Karimah” memang sengaja
mendatangkan Sekjen PBNU untuk memberikan pengarahan terkait langkah apa yang
harus diambil oleh kader NU yang suka menggunakan media sosial. Selain melakukan
diskusi dengan Pak Helmy Faisal Zaini Netizen NU Jawa Tengah juga menggelar
aksi Deklarasi Netizen NU Jawa Tengah yang dipimpin oleh Pengurus Anshor Jawa
Tengah, Sholahuddin Al-Ahmadi.
Adapun bunyi deklarasi tersebut adalah sebagai
berikut:
BismillahirrahmanirrahimKami, Netizen NU Jawa Tengah, siap memposting dawuh-dawuh para kiai Nahdlatul Ulama dan memproduksi karya di media sosial baik berupa video, meme dan artikel untuk dakwah yang inspiratif dan berakhlaqul karimah ala Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyyah.
La haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim.
Pekalongan, 8 Januari 2017 M / 9 Rabiul Akhir 1438 H
Apa
yang dilakukan oleh para netizen NU Jawa Tengah merupakan salah satu langkah
untuk menangkal berita bohong (hoax) yang sudah sangat meresahkan masyarakat
Indonesia secara umum. Apalagi pemerintah lewat Kepolisian Republik Indonesia
juga tengah gencar-gencarnya melakukan perang melawan para penjahat cyber yang
berusaha memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia melalui media
sosial. Adalah merupakan satu kewajiban bagi netizen NU Jawa Tengah untuk ikut
serta melakukan jihad untuk melawan semua kebathilan baik di dunia nyata
maupun di dunia maya. Wallahu a’alamu.
....
Indonesia Negriku
Engkau Panji Martabatku
Siapa Datang Mengancammu
Kan Binasa di bawah durimu
1 komentar:
Artikel yang sangat bagus sekali gan..
Replykunjungi juga Artikel kami ya..
Beritapokersip
Post a Comment