“Gaduh” istilah yang
sedang populer di masyarakat, terutama di kalangan pejabat pemerintahan dan
para politikus negeri ini. Berbagai persoalan yang sedang dialami oleh bangsa
ini salah satunya dianggap karena seringnya terjadi kegaduhan di tingkat pusat.
Berbagai “kegaduhan” yang marak terjadi merupakan salah satu dinamika persoalan
bangsa yang agaknya memang sengaja dimunculkan.
Kita lihat saja mulai
dari adanya resuffle kabinet kerja beberapa waktu yang lalu yang dianggap telah
bikin gaduh masyarakat karena lamanya waktu resuffle. Hal tersebut ditambah
dengan beberapa menteri di kabinet kerja yang baru yang mengeluarkan beberapa
kali statement yang bikin gaduh terutama
di lingkungan istana merdeka. Persoalan mutasi pejabat di tubuh kepolisian
republik Indonesia juga dianggap gaduh. Adapula kunjungan pimpinan DPR ke
Amerika Serikat yang juga membuat gaduh, serta berbagai persoalan lainnya yang
tidak bisa disebutkan satu-persatu juga berpotensi menimbulkan kegaduhan yang
baru.
Yaa’ istilah “gaduh”
memang sedang ngetren akhir-akhir ini, apalagi para presenter maupun host
berita seputar negeri ini terutama masalah politik sering menggunakan kata
tersebut untuk menunjukkan kondisi terkini seputar problematika yang dihadapi
bangsa ini. Ditambah berbagai narasumber yang diundang oleh beberapa stasiun
televisi untuk dimintai komentar seputar persoalan bangsa ini juga tak
ketinggalan menggunakan kata “gaduh” untuk mengggambarkan apa yang terjadi di
negeri tercinta ini.
Istilah “gaduh” pada
dasarnya identik dengan “keramaian atau kebisingan” yang sengaja dibuat oleh
seseorang. Apalagi jika kata gaduh digunakan untuk menggambarkan persoalan yang
saat ini sedang hangat terjadi. Misalnya saja soal kontroversi kunjugan pimpinan DPR ke Amerika yang justru
digunakan untuk bertemu pengusaha terkemuka Donald Trump yang dianggap
melanggar etika. Atau persoalan mutasi Kabareskrim menjadi kepala BNN, atau
juga seputar penyataan Menko Kemaritiman yang sering mengeluarkan kritik pedas
ke sesama koleganya di kementerian lain atau dilembaga lain, yang kesemuanya
itu membuat yang dikritik akhirnya mencak-mencak
dan tidak terima yang berbuntut pada ramainya menjadi pembicaraan
masyarakat luas.
Ada yang bilang biang
kegaduhan ada di istana merdeka Jakarta, karena persoalan yang timbul
akhir-akhir disebabkan karena lingkungan istana diisi oleh orang-orang yang
kurang tepat. Namun adapula yang menilai kegaduhan terjadi karena faktor
eksternal dimana banyak sekali persoalan bangsa ini yang selalu
dibesar-besarkan dan kemudian pemerintah disalahkan atas persoalan tersebut
sehingga akhirnya timbul kegaduhan tersebut.
Oleh sebab itulah,
marilah sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang baik kita jangan menjadi
orang yang membuat gaduh dengan cara senantiasa mendukung pemerintah
menjalankan program pembangunan yang sedang dilakukan. Jikapun program
pemerintah tidak sesuai dengan nurani kita marilah kita melakukan kritik
konstruktif dengan cara-cara yang mulia dan elegan sehingga tidak menimbulkan
kegaduhan yang baru. Karena pada dasarnya hidup dengan suasana tenang dan
nyaman adalah lebih baik dari pada hidup dengan suasana yang “gaduh” dan penuh
kecurigaan. Semoga kita tidak termasuk sebagai pembuat gaduh dalam kehidupan
bangsa ini.
1 komentar:
Kadang - kadang suka sedih juga ketika melihat kegaduhan negeri ini lebih banyak disebabkan oleh petinggi negeri.
ReplyPost a Comment