Beberapa hari terakhir
ini Dewan Perwakilan Rakyat RI mendapat banyak sorotan negatif terkait dengan
kunjungan kerja pimpinan DPR RI ke negara adikuasai Amerika Serikat. Pasalnya
sanga ketua DPR Setya Novanto beserta
wakil ketua DPR Fadli Zon kedapatan berada di tengah-tengah kampanye salah satu
calon presiden AS yaitu Donal Trump. Keberadaa kedua pimpinan DPR RI inilah
yang menjadi polemik masyarakat, dan dianggap telah menyalahi prinsip politik
luar negeri bangsa Indonesia.
Mereka berdua dianggap
telah mencemarkan nama baik Indonesia, sekaligus menjatuhkan martabat bangsa
karena berada dalam barisan pendukung Donal. Meskipun dalam berbagai kesempatan
salah satu pimpinan DPR RI tersebut telah membantah bahwa mendukung Trump, akan
tetapi kehadiran mereka dalam salam salah satu konferensi pers Donal Trump
beberapa waktu yang lalu yang disiarkan langsung oleh berbagai televisi
internasional jelas akan ditafsirkan
sebagai salah satu dukungan kepada capres dari partai republik AS tersebut
apalagi hal tersebut terjadi di gedung yang dimiliki oleh sang calon tersebut.
Berbagai kritikan
jelas muncul terkait dengan keberadaan dua pimpinan tertinggi DPR RI dalam
acara Trump, baik itu dari sesama kolega di DPR, masyarakat, terutama para
netizen dalam dunia maya. Mereka ramai-ramai mengkritik apa yang telah
dilakukan Novanto dan Fadli Zon. Bahkan imam besar masjid di New York yang
merupakan orang Indonesia juga melakukan kritik terhadap kedua pimpinan DPR
dari Golkar dan Gerindra tersebut. Namun sayang kritikan yang dilakukan oleh
imam besar masjid di New York justru berbuntut panjang, karena Fadli Zon akan
menuntut karena sang imam besar dianggap telah menyebar fitnah. Hal tersebut
tentu bukan merupakan langkah yang bijak mengingat sebagai warga negara yang
baik tentu para pemimpin yang telah diberi amanah rakyat harus senantiasa
menerima jika diingatkan oleh rakyat yang memilihnya.
Kontroversi perjalanan
dinas pimpinan DPR tersebut semakin menjadi saat negeri ini sedang mengalami
keterpurukan ekonomi, di satu sisi mereka (pimpinan DPR) sering mengkritik
pemerintah yang dianggap gagal dalam membangun ekonomi bangsa, namun disisi
lain mereka justru melakukan plesiran keluar negeri tentu dengan biaya yang
sangat mahal. Ibarat kata disaat masyarakat tengah kelaparan, justru para
pemimpin negeri ini bersenang-senang dengan jalan-jalan keluar negeri. Tentu
hal tersebut sangat tidak etis, apalagi jika jalan-jalan tersebut
mengatasnamakan perjalanan dinas dan untuk kepentingan bangsa.
Apa yang dilakukan
oleh pimpinan DPR tentu melukai hati rakyat dan telah mencoreng citra anggota
dewan yang lain. Hal tersebut juga dapat menciptakan ketidaksimpatikan negara
lain atas Indonesia, bukan hanya itu saja hubungan bilateral Indonesia dengan
AS juga bisa terkena imbasnya sehingga akan berdampak pada investasi kepada
negara ini meskipun bangsa ini juga tidak boleh tergantung kepada AS semata
dalam hal investasi.
Apa yang telah
dilakukan oleh pempinan DPR tentu melanggar etikan perpolitikan luar negeri
bangsa Indonesia serta kurang pas, sehingga wajib mendapatkan sanksi menimal
sanksi teguran dari dewan kehormatan DPR. Apalagi mereka ke luar negeri membawa
nama bangsa Indonesia bukan karena alasan pribadi, oleh sebab itulah
seyogiyanya baik itu ketua DPR maupun wakil ketua DPR yang beberapa waktu yang
lalu muncul di acara kampanye salah satu calon presiden AS wajib memberi
penjelasan kepada masyarakat Indonesia. Jika mereka bersalah alangkah bijaknya
jika mereka meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat Indonesia.
Post a Comment