Segudang Cinta Dalam Sebungkus Nasi



Dalam menjalani kehidupan percintaan, terutama dalam berumah tangga aku tipe laki-laki yang tidak bisa romantis. Paling tidak itulah pengakuan dan penilaian istri tercinta terhadapku, dan aku sendiri tidak memprotes apa yang dikatakan oleh istri karena memang benar adanya. Sejujurnya definisi romantis sendiri bagiku masih sangat absurd, kebanyakan orang bahkan istriku sendiri menilai bahwa yang dikatakan romantis adalah saat seorang pasangan memberikan sebuah bunga mawar atau selalu berkata cinta maupun sayang setiap kali bertemu.

Namun, lain orang tentu juga lain dalam memaknai suatu hal. Bagi kebanyakan orang untuk menyemai sebuah cinta biasanya dilakukan dengan cara selalu berkata romantis kepada pasangannya. Seperti contoh sepasang kekasih yang sedang berpacaran akan sering berkata sayang dan cinta pada pasangannya sebagai wujud cinta. Begitu juga bagi pasangan suami istri berkata “I love you, I miss u, maupun “I need you” seakan sudah menjadi hal yang biasa dilakukan sebagai wujud cinta antara pasangan baik yang masih pacaran atau yang sudah berumah tangga.

Begitu juga istriku, sejak resmi menjadi suami istri pada 27 Mei 2011 yang lalu, ada satu pertanyaan yang selalu diungkapkan kepadaku tiap hari yaitu “aby sayang aku gak?” hal itu dilakukan dengan alasan bahwa dia ingin mengetahui bahwa aku setiap hari selalu sayang kepadanya. Oleh sebab itulah ketika pertanyaan tersebut dilontarkan kepadaku maka aku juga menjawab dengan jujur bahwa “aku sayang umy”. Meskipun sudah aku jawab biasanya istri akan tetap bertanya dengan pertanyaan serupa sampai 3 kali atau lebih dalam seharinya dan akupun akan menjawab dengan jawaban serupa pula.

Hal tersebut masih tetap terjaga hingga kami memiliki seorang putri yang cantik, istri setiap hari tetap bertanya dengan pertanyaan serupa dan aku juga menjawab dengan jawabn serupa pula. Dalam kasus semacam inilah aku memaknai bahwa inilah cara istriku untuk senantiasa menyemai cinta diantara kami, dia memang tidak sekedar membutuhkan kasih sayangku dalam bentuk nyata tetapi juga harus diucapkan dengan kata-kata.

Jika istriku mencoba menyemai cinta diantara kami dengan kata-kata, maka aku berusaha menyemai cinta dengan memberikan apa yang disukai oleh istriku. Contoh sederhananya adalah aku senantiasa berusaha memberikan apa yang dia suka dalam hal makanan. Aku tahu dan paham betul sejak ada si kecil di tengah-tengah keluarga kami istri memang fokus untuk mengurus si kecil.

Aku sendiri menyadari bahwa dalam kondisi menyusui istriku memerlukan tambahan nutrisi yang banyak agar tidak lemes. Oleh sebab itulah tak jarang akhirnya aku selalu membeli sebungkus nasi untuknya baik ketika pagi hari, siang hari maupun saat sore atau malam hari. Dan aku selalu berusaha membelikan nasi bungkus sesuai dengan apa yang dia sukai.
Semisal istri suka penyet telur, penyet lele, maka tanpa dia minta pun terkadang aku membelikannya. Selain memang merupakan menu kesukaannya, terkadang aku membelikannya tanpa dia minta, hal tersebut aku sengaja biar menjadi surprise bagi istri. Terkadang saat pulang dari mengajar aku juga mampir di warung Padang dan membelikan sebungkus nasi padang kesukaan istri.

Bagiku membelikan sebuah nasi bungkus kesukaan istri merupakan salah satu bentuk upaya untuk senantiasa menyemai cinta diantara kami. Karena selama ini aku memang jarang berkata maupun bersikap romantis kepada istri karena aku memang tidak bisa romantis, maka memberikan apa yang menjadi kesukaan istri kuharap bisa menjadi penebus dari apa yang menjadi harapan istriku selama ini.

Dan semoga istriku tercinta juga mengerti bahwa di dalam sebungkus nasi yang kuberikan dengan ketulusan sejatinya terdapat segudang cintaku untuknya. Karena bagiku romantisme dalam berkeluarga tidak hanya bisa diucapkan melainkan juga harus dibuktikan dengan memberikan yang terbaik dengan penuh ketulusan. Semoga Allah senantiasa meridhoi, amien.

 






Post a Comment