MOTIVASI BELAJAR
I.
Pendahuluan
Selaku hamba dan khalifah manusia telah diberi
kelengkapan dan kemanpuan jasmaniah (fisiologis) dan rohaniah (mental
psikoogis) yang dapat dikembangtumbuhkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi
alat yang berdaya guna dalam ikhtiar kemanusiaanya untuk melaksanakan tugas
pokok kehidupanya di dunia. Untuk mengembangkan atau menumbuhkan kemampuan
dasar jasmaniah dan rohaniah tesebut, pendidikan merupakan sarana atau alat
yang menentukan sampai di mana titik kemampuan tersebut dapat dicapai.[1]
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam
pendidikan, segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam
kegiatan belajar mengajar. Karena guru hanya sebagai motivator yaitu agar
supaya dapat menumbuhkan motivasi siswa dan fasilitator untuk menjadi perantara
atau yang memfasilitasi, dan dapat mamahami anak didik menyangkut kegiatan
fisik maupun mental aktifitas anak didik bukan hanya secara individual, tetapi
juga dalam kelompok sosial. Aktivitas anak didik dalam kelompok sosial akan
membuahkan interaksi dalam kelompok, interaksi dikatakan maksimal bila
interaksi itu terjadi antara guru dengan semua anak didik, antara anak didik
dengan guru, dan anatara anak didik dengan anak didik.
Guru sebagai fasilitator dan motifator hendaknya
memperhatikan perbedaan individual anak didik baik dari aspek biologis,
intelektual, dan psikologis kerangka berpikir demikian dimaksudkan agar guru
mudah dalam melakukan pendekatan pada anak didik secara individual, yang
memungkinkan kemudahan dalam tercapainya proses belajar mengajar. Agar dalam
penggunaan metode dapat dengan tepat, penggunaan metode ini seorang guru tidak
harus terpaku pada satu metode saja, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode
yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik
perhatian anak didik.[2]
Dalam proses
belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang khususnya anak yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan
dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat
orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak
bersentuhan dengan kebutuhannya.[3]
Berhasil tidaknya belajar anak, sangat dipengaruhi oleh
baik atau benarnya proses belajar anak. Proses belajar anak tidak akan berhasil
dengan baik tanpa adanya motivasi, khususnya dari pendidiknya, baik itu guru
maupun orang tua. Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu persoalan yang
sangat menarik perhatian terutama guru yang tiap hari bertemu dengan anak yang
membutuhkan pendidikan. Sehingga banyak anak yang mengeluh jika melihat hasil
pendidikannya kurang menggembirakan.[4]
Kebanyakan orang masih menganggap enteng dan mudah
sebagai pendidik. Orang tua mendidik anak-anaknya hanya berdasarkan
pengalaman-pengalaman praktis nya saja mereka banyak mengacu pada metode nenek
moyangnya yang belum tentu benar dan baik. Mereka percaya bahwa dalam setiap
situasi intuitif akan mendapat sikap dan tindakan yang tepat , jadi mereka
berkehendak bekerja secara intuitif,
mereka tidak atau kurang mau mempelajari atau menyelidiki hal mendidik
secara ilmu pengetahuan, secara teoritis.[5]
Sebagai pendidik, maka
memberi motivasi terhadap anak merupakan sebuah keawajiban, tidak hanya
dalam bersikap atau berperilaku dengan baik tetapi juga dalam hal belajar.
Karena bagaimanapun juga semua pendidik tentu menginginkan agar anak didiknya
berhasil dalam belajar dan mencapai tujuannya .
II.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang penulis uraikan di atas, dapat dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.
Bagaimana pengertian
motivasi belajar?
2.
Faktor apa
saja yang mempengaruhi motivasi belajar?
III.
Pembahasan
Dari
rumusan masalah diatas, maka dalam pembahasan makalah ini akan terfokus pada:
1.
Pengertian Motivasi Belajar
Dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbukan semangat
pada siswa untuk belajar. Karena seorang siswa meski memiliki semangat yang
tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap ditiup oleh angin kemalasan,
tertimpa keengganan dan kelalaian. Maka tunas semangat ini harus dipelihara
secara terus menerus. Karena bila tidak, maka yang terjadi adalah keputusasaan.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong
terjadinya proses belajar, lemahkanya motivasi atau tiadanya
motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu akan
menjadi rendah. Dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses belajar motivasi
memiliki pengaruh yang penting bagi terciptanya proses pendidikan yang
berkualitas.
Oleh karena itu motivasi belajar pada diri peserta didik
perlu diperkuat terus menerus. Motivasi yang diberikan dapat meliputi
penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu, bila siswa
mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dam betapa besarnya ganjaran
bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa harus untuk menuntut ilmu
1. Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa Inggris “ motivation “ dan merupakan kejadian
dari kata dasar “ motive “ yang
berarti alasan atau yang menggerakkan.[6] Adapun secara
terminologi motivasi merupakan
suatu tenaga, dorongan, alasan kemauan dari dalam yang menyebabkan kita
bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak
dicapai atau keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu
untuk melakukan aktifitas
- aktifitas tertentu
guna mencapai suatu tujuan.[7]
Jika dilihat secara seksama, maka motivasi juga berasal
dari kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan
sesuatu. Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif.[8]
Banyak tokoh yang telah mendefinisikan tentang
motivasi, diantaranya adalah: Mc. Donald mengatakan bahwa “motivation is a
energy change with in the person characterized by effective arousal and
anticipatory goal reactions”. Motivasi adalah suatu perubahan energi di
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif (perasaan) dan
reaksi untuk mencapai tujuan.[9]
Definisi yang diaungkapkan di atas ditandai dengan tiga
hal, yaitu :
1) Motivasi
dimulai dengan perubahan tenaga dalam diri seseorang
Kita berasumsi bahwa setiap perubahan motivasi mengakibatkan beberapa
perubahan tenaga di dalam sistem neurofisiologi dari pada organisme manusia.
2) Motivasi
itu ditandai oleh dorongan afektif
Dorongan afektif ini tidak mesti kuat. Dorongan afektif yang kuat, sering
nyata dalam tingkah laku. Di lain pihak ada pula dorongan afektif yang sulit
diamati.
3) Motivasi
ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan
Orang termotivasi, membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada
usaha mencapai tujuan, untuk mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh
perubahan tenaga dalam dirinya. Dengan kata lain motivasi memimpin ke arah
reaksi-reaksi mencapai tujuan.[10]
Difinisi
tentang motivasi juga diberikan oleh Wayan Ardhan. Ia menjelaskan, bahwa
motivasi dapat dipadang sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan kepada
pengaturan tingkah laku individu dimana kebutuhan-kebutuhan atau
dorongan-dorongan dari dalam dan insentif dari lingkungan mendorong individu
untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya atau untuk berusaha menuju tercapainya
tujuan yang diharapkan.[11]
Sementara
itu, Tabrani Rusyan berpendapat, bahwa motivasi merupakan kekuatan yang
mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.[12]
Sedangkan Gleitman dan Reiber yang dikutip oleh Muhibbin Syah berpendapat,
bahwa motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku
secara terarah.[13]
Dari
berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, dapat
dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks, karena motivasi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan energi dalam diri individu untuk melakukan
sesuatu yang didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Motivasi
merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak di dalam
belajar. Begitu banyaknya peran morivasi tersebut, banyak para ahli yang
membahas bagaimana motivasi tersebut muncul, bagaimana dapat mengembangkan
motivasi, apakah macam-macam motivasi tersebut menentukan prestasi yang di
capai anak dan bagaimana pendidik dalam memberikan penghargaan hingga dapat
meningkatkan motivasi tersebut.
2. Pengertian Belajar
Disadari atau tidak, bahwa setiap
individu tentu pernah melakukan aktivitas belajar, karena aktivitas belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
seseorang mulai sejak lahir sampai mencapai umur tua. Belajar merupakan usaha
yang dilakukan dengan sengaja yang dapat menimbulkan tingkah laku (baik
actual/nyata maupun potensil/tidak tampak) dimana perubahan yang dihasilkan
tersebut bersifat positif dan berlaku dalam waktu yang relatif lama.
Pengertian belajar sendiri
menurut para ahli berbeda-beda diantaranya: Slemeto dalam bukunya mengatakan
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[14]
Sumadi Soerya Brata mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
belajar adalah membawa perubahan yang mana perubahan itu mendapatkan kecakapan baru yang
dikarenakan dengan usaha atau disengaja.[15]
L.
Crow dan A. Crow, berpendapat bahwa belajar adalah perubahan dalam respon
tingkah laku (seperti inovasi, eliminasi atau modifikasi respon, yang
mengandung setara dengan ketetapan) yang sebagian atau seluruhnya disebabkan
oleh pengalaman. “pengalaman” yang serupa itu terutama yang sadar, namun
kadang-kadang mengandung komponen penting yang tidak sadar, seperti biasa yang
terdapat dalam belajar gerak ataupun dalam reaksinya terhadap
perangsang-perangsang yang tidak teratur, termasuk perubahan-perubahan tingkah
laku suasana emosional, namun yang lebih lazim ialah perubahan yang berhubungan
dengan bertambahnya pengetahuan simbolik atau ketrampilan gerak, tidak termasuk
perubahan-perubahan fisiologis seperti keletihan atau halangan atau tidak
fungsinya indera untuk sementara setelah berlangsungnya pasangan-pasangan yang
terus menerus.[16]
Pendapat lainnya adalah bahwa “Belajar adalah proses
melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah di dalam laboratorium atau
dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh
faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau
minum ganja bukan termasuk hasil belajar”.[17]
3.
Pengertian
Motivasi Belajar
Dari berbagai definisi tentang motivasi dan belajar
sebagaimana di jelaskan di atas, maka yang dimaksud dengan motivasi belajar
adalah adalah suatu
daya upaya penggerak atau sesuatu yang bisa membangkitkan serta mengarahkan
semangat individu untuk melakukan belajar.
Sedangkan menurut para ahli sendiri, pengertian motivasi
belajar diantaranya adalah: menurut
H. Mulyadi menyatakan bahwa motivasi belajar adalah membangkitkan dan
memberikan arah dorongan yang menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar.[18]
Dan
menurut Tadjab, motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan
belajar itu demi mencapai suatu tujuan.[19]
Sedangkan
menurut Sadirman, motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat
non intelektual, peranan yang luas adalah dalam hal menimbulkan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar, siswa yang memeliki motivasi kuat, akan
mempunyai banyak energi unuk melakukan kegiatan belajar.[20]
Dari
definisi sebagaimana yang dijelaskan oleh para ahli di atas, maka dapat dibuat
sebuah kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah motivasi (dorongan)
yang mampu memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar dan melangsungkan
pelajaran dengan memberikan arah atau tujuan yang telah ditentukan.
2.
Prinsip, Jenis, Fungsi dan Tujuan Motivasi dalam
Belajar
Motivasi
dalam sebauah proses pembalajaran adalah sangat penting, bahkan tanpa
kesepakatan tertentu mengenai definisi konsep tersebut. Apabila terdapat dua
anak yang memiliki kemampuan sama dan pemberian peluang dan kondisi yang sama
untuk mencapai tujuan, kinerja dan hasil yang di capai oleh anak yang
termativasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi.
Hal ini dapat di ketahui dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari.
Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar,m
maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Walaupun
begitu, hal itu kadang-kadang menjadi masalah, karena motivasi bukanlah suatu
kondisi. Apabila motivasi peserta didik anak itu rendah, umumnya diasumsikan
bahwa peserta didik yang bersangkutan rendah.
a.
Prinsip Motivasi Belajar
Prinsip-prinsip belajar disusun atas dasar penelitian
yang seksama dalam mendorong motivasi belajar anak baik disekolah maupun di
rumah tempat tinggal, untuk menciptakan self motivation dan self
discipline.[21]
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam
aktifitas belajar seseorang. Tidak ada peranan yang strategis dalam aktifitas
belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada
motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih
optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekadar
diketahui, tetapi diterangkan dalam belajar, sebagai berikut:
1. Motivasi
sebagai dasar penggerak yang mendorong aktifitas belajar
2. Motivasi
instrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrensik dalam belajar
3. Motivasi
berupa pujian lebih baik dari pada hukuman
4. Motivasi
berhubungan erat dalam belajar
5. Motivasi
dapat memupuk optimisme dalam belajar
6. Motivasi
melahirkan prestasi dalam belajar.[22]
Dalam memotivasi belajar anak, sebagai seorang pendidik maupun sebagai orang harus
memperhatikan dan memepertimbangkan prinsip-prinsip tersebut. Hal itu penting supaya
keberhasilan dalam proses belajar dapat dicapai sesuai dengan tujuannya. Karena
bagaimanapun juga prinsip dasar motivasi dalam belajar merupakan satu hal yang
sangat penting sekali untuk dilakukan.
b.
Jenis
Motivasi
Menurut Arifin, motivasi dibagi menjadi dua bentuk yaitu
sebagai berikut:
1. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang
tercakup di dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan serta tujuan-tujuan.
Adapun motivasi ini meliputi :
a)
Hasrat untuk belajar, adalah suatu keinginan yang
timbul dari diri sendiri, yang berarti memang ada motivasi untuk belajar
sehingga hasilnya akan lebih baik.
b)
Minat, adalah suatu rasa suka dan keterikatan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
2. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi
yang berasal dari luar individu. Adapun motivasi ini meliputi :
a) Motivasi
dari guru, yaitu suatu dorongan yang diberikan guru untuk suatu perubahan yang
lebih baik.
b) Motivasi
dari lingkungan, yaitu suatu dorongan yang diberikan dari suatu lingkungan
sosial. Yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.[23]
c) Motivasi
dari orang tua. Orang tua harus bisa memotivasi dan berusaha meningkatkan
prestasi belajar anaknya. Dari berbagai penelitian terbukti bahwa peran paling
penting dan efektif dalam memotivasi anak belajar adalah orang tua. Dalam hal
ini orang tua mempunyai peran sangat penting yaitu menyediakan lingkungan
belajar di rumah yang kondusif, sehingga anak dapat belajar dengan baik.
Kedua motivasi tersebut di atas harus seimbang, karena
bagaimanapun juga baik itu motivasi dari dalam diri maupun lingkungan di luar
diri anak didik sama-sama memiliki pengaruh penting bagi keberhasilan proses
pembelajaran.
c.
Fungsi
Motivasi
Adanya motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Motivation is an essential condition of
learning. Hasil belajar menjadi lebih optimal kalau ada motivasi. Makin
tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi
motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa atau
anak. Ada 3 fungsi motivasi, yaitu:
1. Mendorong
manusia untuk berbuat. Jadi sebagai penggerak motor yang melepaskan energi.
Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
2. Menentukan
arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian,
motivasi dapat memberikan arah dan kegiat an yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang
serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatna-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seperti halnya seorang santri yang akan
menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan
belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk berbuat sesuatu yang tidak
ada manfaatnya.[24]
d.
Tujuan
Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan umum motivasi
adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk melakukan sesuatu, sehingga dapat memperole hasil atau
mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru/pendidik, tujuan motivasi adalah
untuk menggerakkan atau memacu anak didik agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan
sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan dalam kurikulum sekolah.[25]
Orang tua memotivasi belajar anaknya pasti mempunyai
tujuan-tujuan tertentu. orang tua selalu mengharapkan anaknya untuk memperoleh
prestasi yang baik dalam belajar anaknya. Dan orang tua selalu memotivasi
belajar kepada anaknya, agar anaknya dapat membahagiakan orang tua, agar anak
dapat mengerti dan memahami mana yang perlu dikerjakan atau tidak, dan
mengharapkan anaknya bahagia hidup di dunia dan akirat. Dari belajar anak juga
d apat memperoleh pengetahuan, dengan pengetahuan itu sangat berguna bagi perkembangan
seorang anak.
IV.
Penutup
Dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengertian
motivasi belajar adalah motivasi
(dorongan) yang mampu memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar dan
melangsungkan pelajaran dengan memberikan arah atau tujuan yang telah
ditentukan.
2. Prinsip,
Jenis, Fungsi dan Tujuan motivasi belajar adalah:
a. Prinsip
motivasi yaitu sebagai dasar penggerak, instrinsik lebih utama dari pada
motivasi ekstrensik dalam belajar, berupa pujian lebih baik dari pada hukuman, berhubungan
erat dalam belajar, dapat memupuk optimisme dalam belajar, melahirkan prestasi
dalam belajar.
b. Jenis
motivasi yaitu motivasi instrinsik dan ekstrensik.
c. Fungsi
motivasi yaitu mendorong manusia untuk berbuat. menentukan arah perbuatan, dan
menyeleksi perbuatan.
d. Tujuan
motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu, sehingga dapat memperoleh
hasil atau mencapai tujuan tertentu.
Demikian makalah ini
kami susun, penulis yakin bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh sebab itulah kritik dan saran senantiasa kami nantikan demi
perbaikan pada penyusunan makalah yang lain. Dan semoga makalah ini bermanfaat,
amien.
[1] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), hlm. 141
[2]Syaiful Bahri Djamaroh,
Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 51.
[3] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi
Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 114-115
[4] Zakiah drajat, Kesehatan Mental, ( Jakarta : CV haji
Masagung, 1988), hlm. 66
[5] M. Ngalim Purwanto, Ilmu
Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1994),
cet. VII, hlm. 4
[6] Wojowasito, W.J.S.
Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris-
Indonesia, Indonesia- Inggris, (Bandung: Hasta, 1980), hlm. 119
[7] Sumadi Suryabrata, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), hlm. 72.
[8]
Sardiman, Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001),
hlm. 71.
[9]
Syaiful Bahri Djumarah, Op.cit,
hlm. 114.
[10]
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,
Jakarta: Rineka Cipta, 1990, hlm. 191-192.
[11]
Wayan Ardhana,
Pokok-pokok Jiwa Umum. (Surabaya: Usaha Nasional, 1985), hlm. 165.
[12]
Tabrani Rusyan, dkk
Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung: CV. Remaja Rosdakarya, 1989),
hlm. 95.
[13]
Muhibbin Syah,
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Banudng: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), hlm. 136.
[14]
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka CIpta, 1995), hlm. 2.
[15]
Suryadi Suryabrata,
Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1984), hlm. 248.
[16]
L, Crow dan A. Crow,
Psychology Pendidikan, (Yogyakarta: Nurcahaya, 1989), hlm. 279.
[17]
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas
Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hlm. 35.
[18]
Mulyadi, Psikologi
Pendidikan, (Malang: Biro Ilmiah, FT. IAIN Sunan Ampel, 1991), hlm. 87.
[19]
Tadjab MA Ilmu
Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), hlm. 102.
[20]
Sardiman, Op.Cit, hlm. 75.
[21]
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hlm.163
[22]
Saiful Bahri Djamarah, Op. Cit.,
hlm. 118-121
[23]
Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional
(Prinsip-Teknik-Prosedur), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), hlm.
99.
[24]
Sardiman AM, Op.Cit., hlm. 85.
[25]
Ngalim Purwanto, Op.Cit, hlm. 73
DAFTAR PUSTAKA
L, Crow dan
A. Crow, Psychology Pendidikan, Yogyakarta: Nurcahaya, 1989.
M. Arifin, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1994, cet. VII.
Muhibbin Syah,
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002.
Mulyadi, Psikologi
Pendidikan, Malang: Biro Ilmiah, FT. IAIN Sunan Ampel, 1991.
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2003.
S. Nasution, Didaktik
Asas-Asas Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2000.
Sardiman, Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2001.
Slameto, Belajar
dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta : PT. Rineka Cipta,
1995.
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers,
1990.
-----------------------,
Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 1984.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002.
Syaiful Bahri Djamaroh, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Tabrani
Rusyan, dkk Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja
Rosdakarya, 1989.
Tadjab MA Ilmu
Pendidikan, Surabaya: Karya Abditama, 1994.
Wasty Soemanto, Psikologi
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.
Wayan
Ardhana, Pokok-pokok Jiwa Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1985.
Wojowasito, W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris- Indonesia, Indonesia- Inggris,
Bandung: Hasta, 1980.
Zainal Arifin, Evaluasi
Instruksional (Prinsip-Teknik-Prosedur), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1991.
Zakiah drajat, Kesehatan Mental, Jakarta : CV haji Masagung, 1988.
Post a Comment