Perjalanan ke Kota ukir Jepara untuk Silaturrahmi, Kondangan dan Kopdar benar-benar harus kubayar mahal, karena pada akhirnya aku harus menyerah dengan yang namanya mabuk darat. Salah satu hal yang tidak aku sukai sejak lama, yaitu mabuk darat. Sejujurnya aku malu ma anakku Noofa, dalam perjalanan tak henti-hentinya dia ketawa, lonjak-lonjak di pangkuanku, Umnya juga di pangkuan tante Fitri yang kebetulan ikut rombongan menuju ke Jepara.
Sejak dari Semarang, sesjujurnya aku memang dalam keadaan kurang fit, mungkin karena terlalu kecapekan serta kurang asupan makanan sehingga membuatku lemas. Mulai perjalanan sejak masuk arteri Yos Sudarso Semarang, kepala terasa senut-senut meskipun aku tahan sambil sesekali main dengan Noofa yang memang tidak mau diam di dalam mobil dan mengajak main terus tetap saja tidak bisa menghilangkan senut-senut di kepala ini.
Mabuk darat |
Sampai di salah satu SPBU di jalan menuju ke kota Jepara, aku beli minuman dingn dan jajanan untuk kami berlima, sambil berharap kepala ini akan sedikit hilang rasa pusingnya, tapi nyatanya tetap saja rasa pusing ini tak hilang-hilang. Bahkan ketika sudah sampai di rumah sahabat, dan istirahat, makan siang serta salat duhur rasa pusing ini tidak hilang bahkan semakin menjadi-jadi. Rasa pusing ini sedikit reda saat berada di tempat kondangan karena mendengarkan irama dangdut dari group dnagdut yang memang dipesan sang tuan rumah.
Saat Kopdar di alun-alun Jepara sambil menikmati indahnya sore di Jepara, sedikit membuat kepala ini enteng. Namun, kembali lagi saat perjalanan menuju rumah teman yang memang melewati jalan yang memang agak jelek, mungkin karena jalannya bergelombang mengakibatkan kepalaku kumat pusingnya lagi. Bahkan ketika perjalanan pulang ke Semarang pusingnya sudah sangat akut sekali, ditambah dengan masuk angin tubuh menjadi kedinginan dan ingin muntah namun ku coba tahan, karena malu sama rombongan.
Akhirnya rasa itu semakin menjadi-jadi, kepala semakin tambah pusing dan tak tertahan, apalagi saat mau keluar tol Semarang menuju Ngaliyan, terjadi kemacetan panjang sekali menjadikanku semakin gak tahan, dan teman menyarankan aku turun aja kalau mau muntah, tetapi kubilang aku masih kuat sampe rumah. Akhirnya setelah sekitar setengah jam macet, perjalanan menuju rumah kontrakan berakhir di sebuah lapangan dekat rumah. Saat itu juga aku segera keluar mobil dan langsung berlari ke tengah lapangan, langsung saja isi perut keluar semua, sampai aku benar-benar lemas dan merasakan sakitnya mabuk darat karena merasa seluruh isi perut sudah keluar tapi tetap saja kayak masih ada yang mau keluar.
Setelah sampai di rumah aku langsung mandi sambil tetap muntah di kamar mandi dengan harapan setelah mandi akan lega. Setelah kedinginan mandi dan salat isya akhirnya ku mencoba tidur meskipun sesekali di ganggu Noofa yang gak mau tidur. Dengan teh hangat campur madu yang dibuatkan istri sedikit membuatku agak hangat, dan rasa pusing sedikit berkurang, sampai akhirnya aku terlelap dalam mimpi sampai subuh. Meskipun pagi hari aku disarankan istri untuk tidak berangkat mengajar, akan tetapi aku memaksa berangkat meskipun jujur kepala masih berat dan masih ingin muntah. Baru kali ini sejak aku hidup 10 tahun lebih di Semarang merasakan mabuk darat yang sangat luar biasa. Semoga ke depan tidak terjadi lagi, karena biasanya juga gak pernah mabuk..hehehhehehe
Post a Comment