Semua personel Wayang OrangBlogCamp Budhoyo baik itu para wayang dan niyaga, dan seluruh penonton yang
hadir di Gedung Taman Budaya BlogCamp, terutama Inspektur Suzana benar-benar dibuat heboh dengan tewasnya salah
satu pemeran utama Cakil yang diperankan oleh Mudhoiso. Gemuruh tepuk tangan berubah menjadi kepanikan. Bagaimana bisa
pembunuhan dilakukan ditempat umum,
apalagi dilakukan saat saat korban sedang keasikan memainkan perannya sebagai seorang
buto cakil yang sedang berperang dengan sang Arjuna yang diperankan oleh Rikmo
Sadhepo.
Di tengah jeritan dan tangisan
para kru Wayang Orang BlogCamp Budhoyo, serta masih terbujurnya jasad Mudhoiso di
tengah-tengah panggung pementasan wayang terdengar kasak-kusuk dari sebagian niyaga, para wayang dan juga penonton
yang hadir secara tidak langsung
membicarakan sang Arjuna (Rikmo Sadhepo) sebagai pelakunya
karena dialah yang terakhir terlibat adegan bersamanya saat di panggung. Namun semuanya
hanya bisa menerka-nerka tanpa ada yang berani berkata-kata. Apalagi saat itu
juga kejadian tersebut langsung ditangani oelh pihak berwajib yang kebetulan
salah satu pimpinannya yaitu Inspektur Suzana yang tengah berada di lokasi
kejadian karena menjadi salah satu penonton.
Sesaat setelah kejadian tewasnya Mudhoiso, Inspektur
Suzana segera berkoordinasi dengan satuan kerjanya di kepolisian Sektor Kota
Huru-hara. Tak lama, satu unit mobil kepolisian tiba dilokasi dan para anak
buah Inspektur Suzana memasang police
line (garis polisi) dan segera
melakukan olah TKP. Seluruh orang yang hadir ditempat tersebut tidak diperbolehkan untuk pulang terlebih
dahulu karena sedang dilakukan pendataan untuk membuat Berita Acara Perkara
(BAP).
Di saat para anak buahnya sedang olah TKP, Inspektur
Suzana mendekati jasad Mudhoiso. Perlahan namun dengan penuh kehati-hatian
inspektur cantik tersebut meneliti dengan seksama tubuh Mudhoiso mulai dari
ujung kaki hingga ujung kepala yang masih menggunakan topi cakil. Dilihatnya dengan
teliti wajah Mudhoiso yang masih bermake up khas buto cakil namun mulai kelihatan
membiru ditambah lagi cairan busa yang keluar dari mulutnya menandakan korban
keracunan. Dan kesimpulan awal inspektur Suzana adalah bahwa Mudhoiso mati diracun…namun siapa
yang meracunnyaa..???? sambil tetap meneliti jasad tersebut dengan seksama,
secara tidak sengaja buliran air mata inspektur Suzana menetes…pikirannya
melayang jauh pada masa 5 tahun silam..!!!
***
Seperti biasa, empat sekawan, Mudhoiso, Raisotuwo,
Suzana dan Rikmo Sadhepo selalu menyempatkan berkumpul saat jam istirahat
kuliah berlangsung. Tempat favorit mereka tak lain adalah sanggar kesenian
jurusan Pewayangan, meskipun mereka bukan dari jurusan yang sama : Mudhoiso dan
Rikmo Sadhepo jurusan Pewayangan, Suzana jurusan seni rupa dan Raisotuwo
jurusan seni desain grafis tapi persahabatan mereka seakan tak lekang oleh
waktu. Maklum saja mereka berasal dari kota yang sama, sekolah SMA yang sama bahkan
satu kelas yang sama yaitu di SMA kota Angin Ribut.
Setelah lulus, mereka tetap bersepakat untuk selalu
bersama sebagai sahabat. Dan setelah mendaftarkan diri di salah satu
universitas seni terkemuka di kota Huru-hara yaitu Universitas Tenan Pora,
mereka terpisah karena memilih jurusan yang berbeda. Meskipun dalam keseharian
mereka disibukkan dengan kegiatan kuliah masing-masing, akan tetapi hampir tiap
hari mereka bisa berkumpul di sanggar seni pewayangan tempat dimana Mudhoiso
dan Rikmo Sadhepo mendalami seni peran wayang orang.
Hingga suatu saat, kebersamaan empat orang sahabat
ini mulai renggang karena persoalan cinta. Suzana dan Rikmo Sadhepo diam-diam
menaruh rasa cinta kepada Mudhoiso. Sementara itu disisi lain ternyata Raisotuwo
memendam rasa cinta kepada Rikmo
Shadepo. Namun boleh dikatakan perjalanan cinta empat sekawan tersebut kurang
berjalan sesuai alur. Mudhoiso yang terkenal sebagai aktivis kesenian yang
ganteng, kritis namun playboy di kampus adalah mahasiswa yang sering gonta-ganti
pacar. Meskipun demikian, hal itu tidak menyurutkan rasa suka kedua sahabatnya
yaitu Suzana dan Rikmo Shadepo untuk mendapatkan cintanya. Tapi sayang, bagi
Mudhoiso kedua sahabatnya tetaplah sahabat tidak lebih.
Akhirnya lama-kelamaan persahabatan empat sekawan
tersebut benar-benar tak bisa bertahan. Dengan
alasan sibuk membuat tugas akhir (skripsi) Suzana memilih menjauh dari Mudhoiso
dengan harapan bisa melupakan perasaannya. Raisotuwo dengan alasan yang sama
dengan Suzana mencoba melupakan perasaan cintanya kepada Rikmo Sadhepo. Sementara
itu Rikmo Shadepo tetap bertahan bersama
Mudhoiso dengan harapan cintanya akan di
balas oleh Mudhoiso.
Setelah lulus kuliah, sebagai anak yang berbakti
kepada orang tuanya Suzana akhirnya memilih karir sebagai seorang polisi sesuai
dengan keinginan orang tuanya. Raisotuwo berkarir sebagai desain grafis
terkenal di kota Angin Ribut. Sementara itu Mudhoiso dan Rikmo Sadhepo
melanjutkan hobinya main wayang orang di group Wayang Orang BlogCamp Budhoyo
di kota Huru-hara.
Suzana menjalani karirnya dengan baik, karena sejak
awal tidak ingin mengecewakan orang tuanya dia sering menjadi polisi teladan saat
masih bertugas di kesatuan polisi sektor Kota Angin Ribut. Atas prestasinya
tersebut akhirnya dia naik pangkat menjadi inspektur polisi di di kota
Huru-hara. Di kota ini pula akhirnya dia akhirnya bisa bertemu kembali dengan
dua sahabatnya yaitu Mudhoiso dan Rikmo Sadhepo yang sama-sama main di kelompok
wayang orang BlogCamp Budhoyo yang biasa main setiap malam minggu di Gedung Taman Budaya BlogCamp tak jauh dari rumah dinasnya. Oleh sebab itu
setiap ada pertunjukan wayang orang BlogCamp Budhoyo dan
jika tidak ada tugas ke luar kota bisa
dipastikan Inspektur Suzana hadir, bukan saja untuk menonton aksi ciamik para
wayang tetapi juga untuk melihat Mudhoiso yang dulu hingga saat ini masih ia
cintai.
***
Sehari setelah mengikuti pemakaman Mudhoiso di kota
kelahirannya yaitu Desa Iso-iso Wae kota Angin Ribut, inspektur Suzana bergegas
kembali ke kota Huru-hara untuk menyelidiki kasus kematian orang yang ia taksir
sejak lama. Pertama-tama ia menuju Rumah Sakit Harapan Hidup mengambil hasil
lab, dan disitu dijelaskan oleh dokter bahwa kematian Mudhoiso positif karena
racun tikus atau dalam bahasa kerennya
sering disebut dengan racun arsenik. Sementara darah yang keluar dileher bukan merupakan
penyebab kematian Mudhoiso melainkan karena memang secara tidak sengaja terkena
gesekan sedikit keris berbahan plastik sewaktu melakukan adegan perang dengan Arjuna (Rikmo
Sadhepo)
Setelah mendapatkan keterangan dokter, maka satu
persatu para para kru dari Wayang Orang BlogCamp Budhoyo dipanggil ke kantor polisi untuk dimintai
keterangan. Dari para saksi tersebut sekitar 50 orang pemain dan niyaga
ternyata tidak ada satu pun yang mengaku meracuni Mudhoiso. Tapi ada satu orang
yang belum memberi kesaksian yaitu Rikmo Sadhepo, atas hal ini inspektur Suzana
menaruh curiga bahwa memang Rikmo
Sadhepo lah pelakunya. Apalagi selama ini ia terus mengejar cinta Mudhoiso,
mungkin karena cintanya bertepuk sebelah tangan membuat ia kalap dan gelap mata
sehingga dendam dengan Mudhoiso. Dendam itulah yang kemungkinan membuat Rikmo
Sadhepo tega meracuni Mudhoiso.
Setelah dicari-cari oleh Inspektur Suzana dan anak buahnya melalui
sejumlah informasi dari keluarganya Rikmo, akhirnya Rikmo Sadhepo ditemukan
tengah berada di rumah neneknya yang bernama Angger Wae di kota Kalang-Kabut. Di
sana Rikmo Sadhepo ternyata terlihat syok atas kematian sahabatnya sekaligus
orang yang pernah ia kejar-kejar selama ini. Kedatangan Inspektur Suzana ke rumah
nenek Angger Wae memang sudah diduga sebelumnya oleh Rikmo Sadhepo, ia yakin
bahwa orang-orang terutama sahabatnya Inspektur Suzana yang menangani kasus ini
jelas akan menaruh curiga dan menuduh dia sebagai pelaku pembunuhan terhadap
Mudhoiso. Apalagi selama ini ia memang dekat dengan korban dan cerita bahwa Rikmo
suka dan mengejar-ngejar Mudhoiso memang telah diketahui banyak orang, terutama
oleh semua anggota Wayang Orang BlogCamp Budhoyo.
Setelah bertemu langsung dengan Rikmo Sadhepo, Inspektur Suzana
langsung menanyakan alasan kepergian Rikmo Sadhepo dan tidak memenuhi panggilan
untuk diperiksa di kantor polisi kota Huru-hara. Dengan diselimuti perasaan
sedih, Rikmo akhirnya menceritakan alasan mengapa ia pergi ke rumah neneknya. Rikmo
Sadhepo ingin menenangkan diri karena merasa terpukul sekali atas kematian
sahabat sekaligus orang yang pernah ia cintai, meskipun cintanya selalu
bertepuk sebelah tangan karena Mudhoiso selalu menganggap dirinya hanya sebagai
sahabat tak lebih.
Rikmo Sadhepo melanjutkan
ceritanya kepada Inspketur Suzana, bahwa tiga hari sebelum kematian Mudhoiso,
secara diam-diam Rikmo Sadhepo menceritakan bahwa ia telah bertunangan dengan
Raisotuwo sahabat yang dulu pernah menaruh cinta padanya sejak menjadi
mahasiswa. Dan ternyata rasa cinta Raisotuwo tak pernah luntur kepada Rikmo Sadhepo hingga saat ini. Karena tulusnya
rasa cinta Raisotuwo dan disisi lain Mudhoiso tetap bersikap sama seperti dulu
yaitu hanya menganggap sahabat, maka akhirnya Rikmo Sadhepo menerima lamaran
dari Raisotuwo. Bahkan kurang dari satu bulan proses pernikahan antara Rikmo
Sadhepo dan Raisotuwo akan dilangsungkan.
Sebagai seorang sahabat berita
gembira tersebut disampaikan kepada Mudhoiso, namun entah mengapa saat
mendengar berita tersebut Mudhoiso menjadi pucat dan kelihatan kecewa. Bahkan setelah
itu mendegar berita itu Mudhoiso meninggalkan Rikmo Sadhepo sendirian di ruang latihan
grup Wayang Orang BlogCamp Budhoyo. Melihat hal itu
Rikmo Sadhepo merasa heran namun tidak berani menanyakan kepada Mudhoiso apa
yang terjadi. Bahkan hingga pertunjukan terakhir yang dimainkan oleh Mudhoiso
sebelum kematiannya, Rikmo Sadhepo tidak pernah tahu mengapa Mudhoiso
mendiamkan dirinya.
Hingga tiga hari setelah kematian
Mudhoiso, secara tidak sengaja Rikmo Sadhepo kembali ke ruang latihan Wayang
Orang BlogCamp Budhoyo dan menemukan HP Mudhoiso, sepucuk
surat dan juga dua saset racun tikus
yang sudah tidak ada isinya lagi berada di laci tempat Rikmo biasa menaruh
perlengkapan main wayang orang. Dalam surat tersebut tertulis “Putar Rekaman di
HP”.
Sambil menangis Rikmo Sadhepo
mengeluarkan bungkusan dari dalam tas-nya yang berisi HP, Sepucuk surat dan dua
bungkus bekas racun tikus dan menyerahkannya kepada Inspektur Suzana di
saksikan oleh nenek Angger Wae, serta anak buah Inspektur
Suzana: Konyol, Gokil, Susan dan Mita yang ikut mengawal pimpinan mereka. Dengan gemetar akhirnya
Inspektur Suzana memutar rekaman yang dimaksud dalam surat yang memang asli
ditulis oleh almarhum Mudhoiso. Dalam kesunyian rumah nenek Angger Wae
terdengar suara”
“Maafkan aku Rikmo
Aku telah salah memilih, ku kira Tamara
adalah gadis pilihanku yang terakhir akan tetapi tetapi ternyata dia
berkhianat. Tamara telah memiliki kekasih dan akan menikah seminggu lagi. Aku ternyata
hanya dijadikan sebagai pelarian semata karena ia putus dengan kekasihnya. Setelah
kekasihnya kembali aku dibuang tanpa guna…mungkin ini juga merupakan karma
karena aku sering mempermainkan hati wanita..
Aku baru sadar ternyata ada
seseorang yang sejak dulu tulus mencintai aku, tetapi aku terlalu egois dan
terlalu bodoh untuk menerimanya. Aku tahu kamu sangat mencintaiku sejak kita
masih berada di kampus yang sama, bahkan hingga saat ini. Namun rasa sadarku
akan cintamu ternyata berada di saat yang kurang tepat. Kini kau akan menjadi istri
orang lain, sementara aku akan menyesali kebodohanku ini.
Mungkin hanya kematian yang bisa
menebus penyesalanku ini, setelah mendengar rekaman ini mungkin aku sudah berada
di liang lahat dan merasakan siksa dari malaikat..maafkan aku jika telah
mengecewakanmu, sampaikan pula maafku untuk Suzana dan Raisotuwo karena telah membuat
persahabatan kita menjadi bubar. Pesanku terakhir untukmu Rikmo, semoga kau dan
Raisotuwo berbahagia dan tetaplah menjadi pemain wayang orang demi melestarikan
budaya bangsa… salam..”
Setelah mendengar hasil rekaman
tersebut, sambil menangis Inspektur Suzana dan Rikmo Sadhepo berpelukan disaksikan
oleh nenek Angger Wae dan anak buah Inspektur Suzana. Dari rekaman itu pula
akhirnya terbukalah tabir kematian dari Mudhoiso, pemeran tokoh cakil dalam Wayang
Orang BlogCamp Budhoyo.
Dua minggu setelah peristiwa
tersebut akhirnya Rikmo Sadhepo dan Raisotuwo akhirnya menikah dan hidup
bahagia. Setahun kemudian Inspektur Suzana juga menikah dengan seorang insiyur
pertanian teman sekolahnya dulu sewaktu SMP yang bernama Ir. Bagus Sajiwo dan dikarunia dua orang anak
dan hidup bahagia... TAMAT!!!
Post a Comment