Judul Buku:
Miskin Bukan Halangan Sekolah
Pengarang:
Suyadi
Penerbit:
Buku Biru, Jogjakarta
Tahun terbit: 2011
Jumlah Halaman: 280
Buku ini merupakan salah satu buku yang wajib dibaca, terutama
mereka yang merasa pesimis bahwa kemiskinan adalah penghalang utama untuk
mengenyam pendidikan. Fakta bahwa
kemiskinan bukan halangan bagi seseorang untuk meraih kesuksesan merupakan
salah satu tujuan yang hendak dikemukakan oleh penulis buku ini “Suyadi”.
Penulis buku ini mengajak kepada para pembaca bagaimana mencermati dengan
sungguh-sungguh berbagai fakta mengapa kemiskinan bukan merupakan penyebab utama mengapa anak-anak di negeri
ini tidak sekolah, sebaliknya kemiskinan merupakan salah satu motivasi utama
seorang anak untuk merubah nasibnya menjadi lebih baik.
Buku setebal 280 halaman ini mencoba memberi sebuah
pencerahan kepada siapa saja, terutama keluarga miskin yang enggan menyekolahkan
putra-putranya ke sekolah, bahwa “miskin” tidak selalu identik dengan
ketidakberdayaan. Buktinya, banyak orang kaya yang tidak menyekolahkan anak
mereka karena mereka menganggap jika sekolah adalah hal yang tidak penting
(hlm. 6). Dengan demikian “kaya” maupun “miskin” bisa terkena virus enggan
bersekolah.
Dalam buku ini terbagi menjadi 10 bab utama. Bab pertama
menjelaskan tentang alasan mengapa banyak orang miskin tidak sekolah. Dalam hal
ini dijelaskan penulis menjelaskan
berbagai faktor yang menyebabkan orang miskin enggan sekolah diantaranya adalah
kenyakinan yang salah terhadap sekolah (hlm. 16). Selama ini orang miskin
enggan menyekolahkan anak-anaknya ternyata lebih disebabkan karena kesalahan
dalam memahami fungsi sekolah. Mereka terlalu menganggap bahwa sekolah penuh
dengan aturan dan kekangan yang bisa membatasi kebebasan orang miskin.
Selain keyakinan yang salah terhadap sekolah, faktor yang menyebabkan
orang miskin tidak sekolah adalah karena: wawasan dan pengetahuan yang terbatas
tentang dunia pendidikan, menganggap dirinya tidak secerdas orang kaya,
anggapan yang salah tentang sekolah, kebiasaan menyalahkan pemerintah, sikap
mudah pasrah pada keadaan, kebiasaan meniru tetangga serta ketidaktahuan
mengenai program pendidikan gratis (hlm. 20-30). Berbagai faktor tersebut
merupakan fakta dimana orang-orang miskin melihat bahwa sekolah adalah hal yang
sulit untuk dilakukan.
Dalam bab kedua buku ini akan menjelaskan bahwa semua orang miskin bisa sekolah
(hlm.33-80). Dalam bab ini akan dikupas tentang tips agar orang miskin bisa
sekolah, diantaranya adalah orang miskin harus memiliki kenyakinan yang kuat,
punya prinsip bahwa sekolah adalah prioritas utama yang terpenting, memiliki sikap pantang
menyerah serta berani tampil beda. Hal-hal tersebut merupakan cara-cara yang
dapat memotivasi orang miskin agar tetap bisa sekolah.
Bab ketiga akan membahas tentang alasan mengapa tidak ada seorangpun
yang bisa melarang orang miskin untuk sekolah (hlm. 85-99). Pada bab
selanjutnya, yaitu bab keempat akan
mengulas tentang penyesalan orang-orang yang tidak sekolah (hlm. 105-125).
Berbagai penyesalan dari orang-orang yang tidak sekolah diantaranya adalah akan
mengalami penyesalan tiada akhir, akan mengalami penderitaan seumur hidup, kesulitan mengatasi aspek
kehidupan, anak dan bapak akan mengalami nasib yang sama, serta adanya
keterbelakangan dan kebodohan secara turun temurun.
Selanjutnya pada bab kelima akan mengupas tentang bukti nyata
bahwa orang miskin mampu sekolah (hlm. 131-161). Dalam bab ini dikisahkan berbagai cerita
nyata tentang kesuksesan anak-anak orang miskin yang tetap bersekolah meskipun
keluarganya adalah miskin. Misalnya cerita anak penggembala domba yang sukses
menjadi sarjana, buruh panjat kelapa yang sukses menjadi kepala sekolah
terbaik, anak tukang batu yang sukses menjadi penulis buku. Semua itu merupakan
kisah nyata dari anak-anak orang miskin yang tetap bersekolah meskipun orang
tuanya kurang mampu.
Pada bab keenam menjelaskan bagaimana membentuk mentalitas
orang-orang miskin (hlm. 167-191). Diantara kiat untuk membentuk mentalitas
orang miskin agar bisa meraih kesuksesan sebagaimana dituliskan oleh penulis
buku ini adalah jadilah sang pemimpi, melipatgandakan tindakan, jangan pernah
merasa nyaman, bersabar dan bertahan dalam mengejar impian, keringat upaya dan
air mata do’a, merasakan kegagalan hidup, serta membulatkan tekad untuk meretas
kemiskinan dan kebodohan.
Bab ketujuh mengupas tentang cara meretas tali kemiskinan dan
kebodohan melalui pendidikan (hlm. 193-208). Diantara cara yang ditawarkan oleh
penulis adalah mengajarkan bahwa sekolah bukan sekedar pulang-pergi atau yang
mahasiswa hanya pergi ke kampus dan pulang kost. Selain itu dianjurkan masuk
organisasi sekolah maupun kampus, mengikuti seminar dan diskusi ilmiah serta mampu
mempertahankan idealisme.
Pada bab kedelapan akan membahas tentang 1001 jalan menuju
sekolah (hlm. 213-228). Diantara berbagai jalan agar tetap bisa mengenyam pendidikan
adalah dengan sekolah sambil bekerja dan dengan mencari sumber beasiswa.
Sedangkan pada bab kesembilan membahas
tentang bagaimana orang miskin bisa mensyukuri keadaan yang dialaminya karena
kemiskinan juga bisa mendatangkan manfaat (hlm. 239-257). Manfaat tersebut
diantaranya adalah bisa sekolah karena miskin, bisa mandiri lebih dini karena
miskin, bisa bermimpi lebih tinggi karena miskin serta anak miskin bisa
sekolah.
Bab terakhir, bab sepuluh menjelaskan tentang bagaimana
menjadi sukses sejak masih sekolah (hlm. 259-269). Dalam bab ini dikupas
tentang bagaimana mencapai kesuksesan meskipun masih sekolah, diantaranya
adalah dengan melakukan bisnis dengan menjula ide, dengan terus belajar serta
membuat peternakan ilmu. Ketiga hal inilah yang merupakan kunci untuk meraih
kesuksesan selama menuntut ilmu.
Buku karangan Suyadi ini merupakan buku yang bisa mendobrak
kemapanan sistem dan budaya yang selama ini mengukung orang-orang miskin.
Sekolah selama ini dianggap sebagai belanggu bagi orang-orang miskin, sehingga
banyak dari orang miskin enggan untuk bersekolah. Dengan membaca buku ini kita
akan mendapatkan banyak hikmah serta motivasi bahwa sekolah itu adalah hak
siapa saja, begitu juga hak bagi orang miskin. Oleh sebab itulah yang perlu
dicatat bahwa kemiskinan bukanlah halangan untuk bisa meraih pendidikan yang
tinggi.
Tulisan ini disertakan dalam 2012 End of Year Book Contest
2 komentar
yang epnting semangat dan usahanya ya pak
ReplyPost a Comment