Kehidupan sekolah adalah miniatur kehidupan Negara, paling
tidak itulah gambaran sederhana tentang
pola kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Lalu bagaimana jika dalam
kehidupan sekolah terjadi ketidakharmonisan antar warga sekolah, apakah hal
tersebut juga merupakan gambaran kehidupan masyarakat Indonesia pada
umumnya?.Jawabannya adalah: ya!
Banyaknya aksi tawuran yang melibatkan pelajar antar sekolah
akhir-akhir ini seakan membenarkan sebuah asumsi bahwa tradisi kekerasan dalam
dunia pendidikan adalah sebuah potret kecil kehidupan masyarakat Indonesia pada
umumnya. Aksi tawuran yang selama ini lebih sering kita dengar terjadi antar
preman, kini sudah merembet luas dan sudah membudaya bukan hanya dilakukan
antar kelompok, antar kampung, tetapi juga merembet ke dalam dunia pendidikan.
Seringnya aksi tawuran yang terjadi dan melibatkan kelompok mahasiswa
antar kampus, atau pun tawuran antar pelajar sekolah merupakan bukti nyata
bahwa lembaga pendidikan yang seharusnya berfungsi sebagai tempat mendidik
generasi muda menjadi generasi berpendidikan dan berakhlakul karimah telah
gagal menjalankan fungsinya.
“September kelabu”, itulah kiasan yang tepat untuk
menggambarkan kondisi kelam dunia pendidikan Indonesia. Karena di akhir
September lalu dunia pendidikan harus berduka dengan tewasnya dua pelajar
akibat tawuran. Tawuran pelajar SMAN 70 dengan SMAN 6 berujung kematian Alawy
Lusianto Putra serta tawuran antara siswa SMK Yayasan Karya (Yake) 66 dan
Kartika Zeni (KZ) menyebabkan siswa Yake Deny Yanuar tewas. Yang membuat hati
ini kian miris adalah nyawa seorang penerus bangsa harus hilang sia-sia
ditangan sesama pelajar sendiri.
Gambar ambil dari SINI |
Kasus tawuran pelajar diakhir September yang lalu hanya
merupakan satu contoh kecil tradisi kekerasan yang terjadi di negeri ini.
Banyak sekali kasus serupa yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu. Yang
menjadi pertanyaan kemudian adalah: apa sebenarnya yang menjadi akar masalah
dan bagaimana solusinya?
Tentu sangat tidak mudah untuk menjawab pertanyaan tersebut,
akan tetapi melalui tulisan inilah saya akan mencoba untuk menjawab persoalan
tersebut tentu saja dari sudut pandang saya. Tulisan ini juga dibuat dalam
rangka untuk memenuhi undangan kontes dari blog Taman Blogger yang menggelar Kontes Unggulan
Indonesia Bersatu.
Menurut saya sendiri, akar permasalahannya cuma satu yaitu masyarakat
Indonesia telah meninggalkan Pancasila sebagai falsafah hidup. Dan satu-satunya
cara untuk mencegah dan menanggulangi aksi tawuran adalah kembali kepada Pancasila. Jika kita
masih menganggap Pancasila sebagai Falsafah hidup, maka kembali kepada
nilai-nilai pancasila merupakan kebutuhan wajib. Jika kita mau menerapkan
nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari maka berbagai aksi kekerasan apalagi tawuran
tidak akan pernah terjadi lagi.
Mari bersama-sama kita mencermati dan menghayati makna
kelima sila dalam pancasila:
- Ketuhanan
Yang Maha Esa. Dalam sila pertama ini kita diajarkan untuk senantiasa
melaksanakan ajaran agama yang kita peluk. Artinya agama harus dijadikan
sebagai pegangan hidup, sumber berperilaku dan bermasyarakat. Jika kita
benar-benar sebagai warga Negara Indonesia dan memiliki agama, sudah seharusnya
kita melaksanakan ajaran agama dengan baik dan benar. Dalam hal ini aksi
kekerasan dalam bentuk apapun termasuk di dalamnya aksi tawuran jelas merupakan
sebuah perilaku yang dilarang oleh agama. Sehingga akan sangat memalukan jika masih
ada individu maupun kelompok yang mengaku beragama dan menganggap Pancasila
sebagai falsafah hidup namun dalam kesehariannya sering ikut serta dalam
tawuran.
- Kemanusian
Yang Adil dan Beradab. Dalam sila ini kita diajarkan untuk senantiasa
menghargai segala hak dan kewajiban orang lain, hidup untuk saling mencintai,
hidup tenggang rasa serta tidak berbuat semena-mena terhadap orang lain.
Perilaku tawuran adalah salah satu bentuk perilaku yang tidak menghargai hak
orang lain untuk bisa hidup dengan tenang dan damai. Tawuran juga merugikan dan
mengganggu ketenangan umum, sehingga dalam hal ini perilaku tawuran merupakan bukti
bahwa pelakunya tidak bisa menerapkan nilai-nilai sila kemanusian yang adil dan
beradab.
- Persatuan Indonesia. Nilai sila ketiga ini adalah mengajarkan kita untuk bisa hidup dalam persatuan tidak tercerai-berai maupun terkotak-kotak dan saling bermusuhan. Sila ketiga juga mengajarkan kepada kita untuk saling menjaga, bekerjasama satu dengan yang lain demi terciptanya kehidupan yang harmonis. Tawuran adalah bukti kurangnya persatuan ditengah-tengah masyarakat, oleh sebab itulah untuk menghindari terjadinya tawuran jalan terbaik adalah kembali membangun komunikasi dan tali silaturrahmi dengan segenap warga masyarakat untuk membangun persaudaraan dan persatuan.
- Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Sila keempat mengajarkan kepada kita untuk selalu menggunakan jalur musyawarah untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Terjadinya aksi tawuran ditengah-tengah masyarakat jelas ada persoalan yang melatarbelakanginya. Oleh sebab itulah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan duduk bersama, berdiskusi dan bermusyawarah untuk mencari jalan keluarnya. Dalam hal ini, tawuran merupakan salah satu bentuk ekspresi tidak bertanggungjawab dari orang-orang yang putus asa dalam mencari penyelesaian masalah hidup, padahal jika kita mau jujur aksi tawuran tidak akan pernah terjadi manakala masing-masing pelaku mau duduk bersama bermusyawarah untuk mencari solusi terbaik.
- Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sila kelima dalam Pancasila ini mengajarkan kepada kita untuk bisa bersikap dan berbuat adil kepada orang lain, menghormati dan menghargai hak-hak orang lain, menolong sesama serta bisa berbuat yang terbaik untuk orang lain. Jika setiap anggota masyarakat di Indonesia, baik yang tua, muda, anak-anak, kaya, miskin, dan semua kalangan mampu melaksanakan sikap-sikap tersebut niscaya tawuran tidak akan pernah terjadi. Karena kasus tawuran adalah sebuah perilaku yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sila ke lima Pancasila.
Pancasila adalah bentuk tatanan ideal kehidupan bermasyakat,
berbangsa dan bernegara. Karena di dalam Pancasila telah terintegrasi berbagai
nilai-nilai kehidupan, baik agama, pendidikan, sosial, politik, ekonomi,
budaya, hukum, serta keamanan. Memahami, menghayati, menjiwai dan melaksanakan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mutlak diperlukan karena hal itu merupakan
kunci utama dalam menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat,
salah satunya tentu saja berfungsi sebagai “Cara Mencegah Dan Menanggulangi
Tawuran”.
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bersatu:
Post a Comment