Keberhasilan
Kepala Sekolah Dasar Kalisari Sayung Demak (Slamet), dan juga Kepala SMK 6
Semarang (Ahmad Ishom) menjadi pendidik berprestasi tingkat nasional di
masing-masing jenjang adalah suatu hal yang sangat membanggakan. Bukan hanya
baginya sekolah masing-masing, tetapi juga bagi masyarakat Jawa Tengah pada
umumnya. Hal ini semakin membuktikan bahwa Jawa Tengah adalah gudangnya
pendidik berprestasi tingkat nasional.
Rasa
bangga akan keberhasilan dua pendidik (kepala sekolah) wakil Jawa Tengah
tersebut seakan menjadi semacam obat bagi luka yang dirasakan oleh sebagian
besar guru yang terpuruknya citranya karena dianggap kurang memiliki kompetensi
dan profesionalisme. Guru saat ini juga dianggap hanya mengejar materi semata
terutama guru yang telah tersertifikasi. Mereka dinilai tidak memiliki komitmen
dalam mengajar, dan sekedar menunaikan kewajiban semata agar tunjangan profesi
yang selama ini dinikmati tidak dicabut oleh pemerintah.
Guru Harus Berprestasi |
Keberhasilan
Slamet dan Ahmad Ishom, sebagai pendidik (kepala sekolah) berprestasi tingkat
nasional merupakan salah satu bukti bahwa masih banyak pendidik di negeri ini
yang benar-benar memiliki kualitas terbaik dalam memajukan dunia pendidikan.
Tentu saja semua itu tidak bisa diraih dengan mudah karena mereka harus
bersaing dengan ratusan bahkan ribuan guru terbaik di seluruh Indonesia. Guru
semacam inilah yang patut untuk ditiru oleh guru-guru yang lain di negeri ini.
Tak
bisa dipungkiri bahwa menjadi pendidik berprestasi apalagi tingkat nasional
bukan perkara mudah. Dalam hal ini guru harus benar-benar dituntut memiliki
satu keistimewaan, bukan hanya masalah kompetensi atau profesionalitas semata.
Akan tetapi yang terpenting adalah guru harus bisa menciptakan satu bentuk
temuan (konsep) baru dalam dunia pendidikan yang nantinya bisa diterapkan dalam
proses pembelajaran.
Guru semacam inilah yang disebut sebagai guru inovatif, karena mampu
menemukan konsep, maupun metode baru yang dapat digunakan untuk memajukan dunia
pendidikan nasional. Slamet misalnya menemukan metode efektif dalam proses
pembelajaran, yaitu kontrak belajar guru dan orang tua (Tabel Gurita). Metode
ini digunakan agar siswa dapat belajar lebih efektif karena di didik bukan
hanya oleh guru sekolah tetapi juga oleh orang tuanya.
Beda lagi dengan Ahmad Ishom, beliau mampu mendidik siswanya bukan hanya
untuk belajar akademik tetapi juga langsung berwirausaha. Metode ini kemudian
disebut sebagai teaching factory smart
atau model pembelajaran yang memadukan antara sebuah teori dengan praktek secara langsung bahkan harus
dilakukan secara professional karena proses tersebut adalah sebuah bentuk
wirausaha yang dilakukan di tengah-tengah proses pembelajaran .
Oleh sebab itulah apa yang telah ditorehkan oleh Slamet maupun Ahmad
Ishom tersebut hendaknya menjadi sebuah teladan bagi semua guru untuk
berlomba-lomba menjadi guru yang berprestasi. Seorang guru harus berprestasi,
karena mereka adalah pilar tegaknya kemajuan bangsa. Kata kuncinya adalah
inovatif, karena guru yang inovatif adalah guru yang mampu melihat, mendengar
dan merasakan setiap kesulitan yang dihadapi anak didik untuk kemudian dicari
metode pemecahannya.
Post a Comment