Mahasiswa merupakan salah satu status yang masih dianggap prestisius di
negeri ini. Karena status tersebut tidak bisa disandang oleh setiap orang,
kecuali bagi mereka yang benar-benar siap secara materi maupun mental. Sehingga
tidak salah jika masa penerimaan mahasiswa baru tiba seperti saat ini, orang
tua dan lulusan SMA berlomba-lomba mendaftarkan diri sebagai calon mahasiswa di
perguruan tinggi yang diinginkan.
Setelah diterima di PT yang diinginkan sesuai fakultas dan jurusan, maka
secara tidak langsung calon mahasiswa menjadi mahasiswa baru. Saat itulah
sesungguhnya babak baru kehidupan mahasiswa dimulai. Diawali dulu dengan
serangkaian kegiatan pengenalan kampus atau yang sering disebut OSPEK. Pada
saat orientasi kehidupan kampus mahasiswa baru bukan hanya akan mendapatkan
informasi tentang seputar dunia kampus, sistem perkuliahan, lebih dari itu
mereka biasanya akan dijejali dengan serangkaian doktrin bagaimana menjadi
seorang aktivis kampus oleh para seniornya.
Ospek |
Pada fase setelah OSPEK, mahasiswa baru bukan hanya akan dihadapkan pada
rutinitas perkuliahan yang mulai berlangsung. Mereka juga akan dihadapkan pada
banyaknya tawaran dari berbagai lembaga baik intra maupun ekstra kampus untuk
masuk menjadi anggotanya. Dalam hal inilah mahasiswa baru dituntut untuk jeli
dan cerdas dalam menentukan pilihan. Menjadi mahasiswa murni dengan hanya
kuliah, atau menjadi aktivis kampus dengan konsekuensi sering bolos kuliah. Jika
salah dalam memilih maka mahasiswa baru akan mengalami disorientasi.
Kedua pilihan tersebut seringkali membuat mahasiswa baru bingung, bahkan
terkadang bagi mereka yang tidak memiliki mental yang kuat akan mengalami
depresi dan stres. Kedua pilihan diatas terkadang memang menjadi buah
simalakama bagi mahasiswa baru. Betapa tidak jika ia hanya kuliah ansich maka dia akan dianggap katrok, tidak gaul dan kurang peka
terhadap kondisi masyarakat.
Sebaliknya jika memilih menjadi aktivis, konsekuensi yang harus
ditanggung biasanya adalah sering tidak kuliah dan itu artinya melupakan tugas
utama masuk perguruan tinggi yaitu menuntut ilmu dan tentu mengecewakan orang
tua. Akan tetapi pilihan menjadi seorang aktivis kampuslah yang biasanya menjadikan
seorang mahasiswa memiliki status prestisius di mata masyarakat.
Aktivis Akademis
Adalah konsekuensi logis jika menyandang status mahasiswa memiliki
tanggungjawab besar. Tanggungjawab terhadap masa depannya, orang tua dan juga
bangsa ini. Untuk itulah seorang mahasiswa baru harus sadar diri akan
statusnya. Sikap mental harus dimiliki dan ditekankan ketika calon pemimpin masa
depan bangsa ini mulai menginjakkan kaki pertama kali dilingkungan kampus.
Aktivis Kampus |
Apa yang diberikan saat orientasi pengenalan kampus kepada mahasiswa baru
hendaknya difokuskan dalam hal penguatan sikap mental dan rasa tanggung jawab
yang benar terhadap status mahasiswa yang baru disandangnya. Dari sanalah
diharapkan mahasiswa baru akan menjadi lebih peduli dan lebih peka terhadap kondisi
serta situasi lingkungan sekitar mulai dari diri sendiri, keluarga, kampus dan juga
negaranya.
Jiwa leadership dan interpreneurship diharapkan juga tumbuh
mulai dari level terendah hingga tertinggi yang bisa dibuktikan dengan cara
aktif dalam berorganisasi tanpa meninggalkan kewajibannya yang utama untuk
belajar menuntut ilmu di ruang akademik. Hal itulah yang sebenarnya harus
dijadikan prinsip seorang mahasiswa baru dalam menjalani kehidupan di dalam
dunia kampus.
Memang harus diakui jika
saat ini masih banyak diantara aktivis kampus yang belum bisa mensinergikan
aktivitas berorganisasi dan kegiatan akademisnya. Tidak jarang seorang aktivis kampus
malah terkesan cuek dengan hasil studinya. Tuntutan bahwa setiap aktivis harus mempunyai
indeks prestasi istimewa dengan predikat cumelaude
memang tidak ada, akan tetapi minimal seorang aktivis harus memiliki indeks
prestasi yang bisa dikatakan bagus. Karena bagaimanapun juga mereka biasanya
akan dijadikan sebagai rujukan para mahasiswa baru.
Itu artinya seorang
mahasiswa harus senantiasa menomorsatukan aktivitas di organisasi dengan tetap mengutamakan
tugas akademis sebagai seorang mahasiswa. Dan tentunya dalam kasus seperti ini seorang
aktivis kampus memiliki kemampuan lebih dalam memanage waktunya dibandingkan
mahasiswa biasa lainnya. Karena pada umumnya mereka mempunyai pemikiran yang matang
hasil dari kemampuan mengolah, menganalisa serta menyelesaikan suatu masalah.
interprenuer |
Seorang aktivis memang
tidak bisa disamakan dengan mahasiswa biasa lainnya yang hanya mempunyai orientasi
kuliah, kos, pacaran, main ke mall dan lain sebagainya. Menjalani pilihan
sebagai aktivis bukanlah sebuah aktifitas yang mudah dan murah untuk dilakukan.
Banyak pengorbanan yang harus dilakukan seorang aktivis, baik itu berkorban fisik,
materi, waktu, dan juga pemikiran. Akan tetapi kesemuanya akan memiliki dampak
positif bagi kehidupan mahasiswa setelah lulus kuliah.
Dari semuanya itu harus dipahami bahwa seorang mahasiswa mempunyai
kewajiban utama belajar. Untuk mewujudkan kedewasaan berpikir dan rasa tanggung
jawab mahasiswa maka kegiatan belajar tersebut harus dibarengi dengan
pengalaman berorganisasi. Hal itu untuk mengasah mental, emosional serta jiwa
sosial mahasiswa, dan semua itu sebaiknya dilakukan secara seimbang agar
mahasiswa tidak mengalami disorientasi.
Post a Comment