Berbagai jenis tari tersebar di seluruh
daerah di penjuru Nusantara, jika dihitung satu persatu maka akan terkumpul
puluhan bahkan ratusan jenis tari. Yaa,,, kita sebagai bangsa Indonesia harus
merasa bangga karena kaya akan berbagai jenis kebudayaan yang eksotik, dan
salah satunya adalah tari. Tari merupakan salah satu produk budaya bangsa.
Gambar dari sini |
Salah satu dari sekian banyak tari yang
dimiliki oleh bangsa ini adalah Tari Jaranan. Tari Jaranan adalah tari yang
saat ini perlahan-lahan mulai jarang terlihat, bukan karena tari ini sudah musnah,
atau sudah tak layak menjadi warisan budaya bangsa. Akan tetapi hilangnya tari
jaranan dalam kehidupan masyarakat Indonesia lebih disebabkan karena minimnya generasi
penerus yang mau nguri-nguri jenis
tari ini.
Bagi saya sendiri, tari jaranan memiliki
keistimewaan tersendiri. Disamping menggunakan media jaran kepang tarian jaranan selalu ditampilkan dengan suasana ceria.
Apalagi jika tari jaranan diperagakan oleh anak-anak yang masih berusia Sekolah
Dasar, tentu akan kelihatan semakin menarik karena diiringi dengan lagu Jaranan
yang bernuansa remix (jaranan modern).
Terakhir kali melihat Tari Jaranan adalah saat Porseni antar SLB se Kabupaten
Semarang Jawa Tengah awal Mei 2012 yang lalu. Dan lebih istimewa lagi karena
saat itu dari sekolah saya menampilan
tari Jaranan yang dibawakan oleh anak-anak dari jurusan B (bisu). Hal tersebut
tentu sangat tidak biasa, namun memang dalam porseni tersebut yang berhak
tampil dalam lomba tari adalah anak-anak
tuna rungu wicara. Meskipun harus dipandu guru pembimbing dari kejauhan, diringi
music jaranan yang tidak mereka dengar akan tetapi tari jaranan tetap bisa
disuguhkan dengan luar biasa.
Dari apa yang telah dilakukan oleh
murid-murid saya tersebut, ada semacam harapan bahwa kebudayaan jenis tari,
khususnya tari jaranan dapat dilestarikan dan dijaga oleh generasi saat ini. Salah
satunya adalah dengan mengajarkan tari jaranan kepada anak-anak sekolah, tak
terkecuali diajarkan kepada anak-anak di Sekolah Luar Biasa (SLB) sebagai mata
pelajaran muatan local atau diajarkan ketika kegiatan ekstra kurikuler.
Artikel ini diikutsertakan dalam Jambore On the Blog 2012 Edisi Khusus bertajuk Lestarikan Budaya Indonesia.
Post a Comment