“Buku adalah jendela dunia”, itulah kata-kata bijak yang
sering ucapkan oleh orang tua maupun guru di sekolah untuk memotivasi anak dan
juga peserta didik agar gemar membaca buku. Ungkapan tersebut memang sangat
benar sekali, karena lewat membaca bukulah peserta didik bisa mendapat banyak
ilmu pengetahuan, wawasan serta berbagai informasi keilmuan lainnya.
Namun apa jadinya jika buku yang dijadikan referensi
bacaan para siswa, terutama siswa yang masih duduk di sekolah dasar berisikan
materi-materi pornografi yang belum layak menjadi konsumsi mereka?. Tentu saja
hal itu sangat mengkhawatirkan, mengingat masa anak-anak adalah masa paling
potensial untuk menanamkan segala macam bentuk ilmu pengetahuan dan juga
nilai-nilai karakter.
Membaca |
Beredarnya buku-buku bacaan bagi anak-anak sekolah dasar
yang berbau pornografi akhir-akhir ini memang sedang heboh. Beberapa waktu lalu
di Jakarta heboh dengan beredarnya buku Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta di
dalamnya salah satu materinya berjudul Kisah Bang Maman dari Kali Pasir
berisikan materi kurang mendidik. Di Jawa Tengah juga ditemukan buku kurang mendidik
berbau pornografi yang beredar di Kabupaten Kebumen dan Purworejo. Bahkan
informasi terbaru menyebutkan di Kabupaten Wonogiri juga beredar buku berbau
porno di sekolah SD maupun SMP.
Maraknya buku berbau pornografi yang beredar di
sekolah-sekolah yang dijadikan sebagai buku bacaan siswa, maupun buku wajib
jelas sangat disesalkan. Hal itu menunjukkan bahwa pengawasan terhadap
peredaran buku-buku sekolah masih sangat minim dan lemah. Padahal kalau mau
jujur, seharusnya peredaran buku-buku tersebut telah melewati berbagai
pengawasan, mulai dari tingkat pusat, daerah dan juga dari guru-guru di
sekolah. Hanya saja hal tersebut tampaknya tidak dilaksanakan oleh pihak-pihak
terkait, sehingga wajar jika buku-buku yang kurang mendidik tersebut tetap saja
beredar di sekolah-sekolah.
Lebih Selektif
Harus diakui jika saat ini pengadaan buku-buku bagi
sekolah baik dari tingakt SD-SMA kurang mendapatkan perhatian lebih dari
pemerintah, baik pusat maupun daerah. Mereka selama ini hanya peduli soal
pembiayaan saja, tapi kurang peduli soal isi dan materi dari buku tersebut.
Mereka lebih senang menyerahkan sepenuhnya urusan tersebut kepada para
penerbit. Padahal penerbit kebanyakan kurang tahu apa yang dibutuhkan siswa.
Oleh sebab itulah
pemerintah harus bertanggung jawab atas persoalan ini agar kasus beredarnya
buku berbau pornografi di sekolah-sekolah tidak terjadi lagi. Paling tidak
pemerintah harus membuat aturan ketat terkait materi buku. Selain itu perlu
dibentuk tim khusus yang bertugas untuk menyeleksi buku-buku yang akan
diedarkan di sekolah-sekolah. Tim seleksi ini bertanggungjawab untuk memberikan
rekomendasi patut dan tidaknya buku tersebut diedarkan dan dikonsumsi oleh para
siswa sekolah.
Selain itu, peran guru di sekolah juga sangat vital
dalam masalah ini. Guru sebagai seseorang yang lebih tahu akan kebutuhan siswa
hendaknya lebih cerdas dalam memilih buku-buku terbaik bagi peserta didiknya. Kesalahan
memilih buku referensi bacaan bagi siswa tentu akan berakibat fatal bagi
perkembangan intelektual dan moral peserta didik.
Untuk itulah peredaran buku-buku yang berbau pornografi
dan kurang mendidik harus dijadikan sebuah pelajaran berharga bagi pemerintah,
dan khususnya bagi para guru. Bagi pemerintah alangkah baiknya dapat
memberdayakan guru-guru untuk menulis buku-buku pelajaran sekolah dan bukan
menyerahkan kepada penerbit. Di sisi lain para guru juga agar lebih produktif
untuk menulis buku-buku pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
soo... cerdaslah memilih buku bagi anak-anak kita, kesalahan dalam memilih buku akan berakibat fatal bagi masa depannya.
Post a Comment