Ujian
Nasional untuk tingkat SMA dan SMP telah usai, para siswa tinggal menunggu
pengumuman kelulusan. Saat hasil kelulusan diumumkan selalu menyisakan dua
cerita, kebahagiaan dan kekecewaan. Bahagia jika bisa lulus dan kecewa bila
gagal. Keberhasilan siswa dalam UN seringkali dinilai karena faktor kesiapan
siswa yang benar-benar matang. Namun kegagalan siswa dalam UN selalu dialamatkan
pada guru.
Sejak
Ujian Nasional mulai digulirkan dan standar kelulusan terus dinaikkan, guru
selalu dianggap sebagai faktor penentu bisa dan tidaknya siswa lulus ujian.
Meskipun pernyataan itu tidak sepenuhnya benar, karena faktor kelulusan juga
bergatung pada siswa akan tetapi semua itu seakan sudah menjadi kesepakatan
umum. Tentu saja hal tersebut juga akan menjadi beban moral yang sangat berat
bagi guru.
Dalam
hal ini seorang guru akan merasa bangga jika semua siswa yang diajarnya bisa
lulus UN, itu artinya guru telah berhasil mengajar. Dan sebaliknya guru juga
harus bersiap dijadikan kambing hitam jika ada salah satu siswa yang tidak
lulus ujian nasional. Inilah konsekuensi logis yang memang harus diterima guru
karena telah di tempatkan pada posisi sebagai pihak yang paling bertanggung
jawab akan keberhasilan siswa dalam menjalani UN.
Bukan
bermaksud menggeneralisir semua guru, namun kenyataan menunjukkan bahwa momen
ujian nasional merupakan salah satu momen yang kurang disenangi guru. Apalagi
bagi guru mata pelajaran yang akan diujikan. Bukan hanya persoalan tugas dan
tanggungjawab yang kian bertambah dalam memberikan materi tambahan bagi siswa
yang akan mengikuti ujian.
Bukan
pula persoalan waktu dan pikiran yang harus dikorbankan, akan tetapi yang
paling menjadi beban bagi seorang guru adalah adanya tekanan serta ekspektasi
yang begitu tinggi dari sekolah, orang tua, dan juga siswa. Sehingga jika guru berhasil
menjawab ekspektasi dengan kelulusan siswanya maka pujian yang akan datang. Akan
tetapi jika guru tidak berhasil mewujudkan ekspektasi tersebut maka akan
menjadi sasaran untuk disalahkan.
Tanggungjawab Bersama
Tidak
etis kiranya jika persoalan tanggung jawab Ujian Nasional hanya dibebankan
kepada guru. Karena sesungguhnya hal itu merupakan tugas seluruh stakeholder
sekolah, baik itu kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua. Semua harus
memiliki rasa tanggungjawab dalam memberikan yang terbaik demi keberhasilan
siswa dalam menghadapi ujian nasional.
Sekolah
melalui kepala sekolah harus memberikan fasilitas yang baik untuk mendukung
proses pembelajaran siswa yang akan mengikuti UN. Guru memiliki tugas untuk
memberikan materi pelajaran yang akan diujikan dengan metode pembelajaran yang
mudah dipahami dan menyenangkan. Tentunya semua itu sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki oleh guru. Siswa memiliki tanggungjawab untuk belajar yang rajin
dan tekun guna mempersiapakan diri dengan matang. Sedangkan orang tua dapat
berperan dalam memberikan dukungan dan motivasi kepada anaknya agar memiliki
kesiapan mental yang lebih baik.
Jika
semua pihak sudah menyadari tugas masing-masing tentu tidak akan ada lagi
saling menyalahkan jika hasil yang diterima tidak sesuai harapan. Namun semua
akan dapat menerima dengan lapang dada karena semua itu merupakan hasil kerja
bersama.
1 komentar:
pendidikan itu sistem, dari yang paling kecil adalah sistem di sekolah, siswa tidak bisa mengerjakan, dilihat dulu gurunya ngajar gimana, guru ga bisa ngajar, liat pembinaannya gimana (bisa kepsek atau guru pembina), pembina ga bagus, liat pengawasannya gimana, pengawas ga bagus, kepala dinas program seperti apa.
Replysiswa ga bisa kerjakan soal bukan semata-mata salah guru, bisa jadi di tempat itu sistem yang ada tidak baik, atau tidak berjalan dengan baik.
Post a Comment